Nganjuk – Curah hujan yang tinggi selama beberapa pekan terakhir memicu banjir besar di Desa Joho, Kecamatan Pace, Kabupaten Nganjuk. Dampaknya sangat dirasakan oleh masyarakat, terutama di Dusun Batu, Watukandang, dan Joho. Infrastruktur vital, termasuk jalan aspal yang baru saja dibangun, tidak luput dari kerusakan.
Di Dusun Batu, jalan beraspal hotmix yang selesai dibangun kurang dari sebulan lalu mengalami kerusakan parah. Proyek senilai Rp 250 juta tersebut membangun jalan sepanjang 500 meter dengan lebar 2,75 meter. Namun, banjir merusak sekitar 100–150 meter jalan, dengan kondisi aspal mengelupas dan tergerus aliran air.
Kepala Desa Joho mengungkapkan bahwa banjir ini bukan kejadian baru, namun tahun ini merupakan yang terparah. "Setiap tahun kami mengajukan permohonan ke instansi terkait agar slangkrah di sepanjang saluran sungai segera dibersihkan untuk mencegah banjir. Namun, pembersihan sering terlambat, sehingga dampak banjir semakin besar," jelasnya.
Kerugian Infrastruktur dan Pemukiman
Selain jalan, banjir merendam puluhan rumah warga di dua dusun, Batu dan Watukandang. Genangan air mencapai setengah meter di beberapa titik, memaksa warga mengungsi ke tempat yang lebih aman. Diperkirakan, kerugian material akibat banjir ini mencapai ratusan juta rupiah, mencakup kerusakan jalan, rumah, serta lahan pertanian.
"Saya sangat kecewa melihat kondisi ini. Jalan baru yang seharusnya meningkatkan aksesibilitas warga malah rusak begitu cepat. Ini membuktikan bahwa pencegahan banjir harus lebih diutamakan," keluh seorang warga Dusun Batu.
Langkah Tanggap Darurat
Sebagai langkah awal, Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kabupaten Nganjuk telah mengirimkan alat berat untuk membersihkan saluran air dan slangkrah yang tersumbat. Namun, upaya ini dianggap terlambat karena banjir sudah terjadi dan kerusakan sudah meluas.
Evaluasi dan Langkah Pencegahan
Banjir ini menjadi pengingat pentingnya pengelolaan lingkungan dan infrastruktur. Selain membersihkan slangkrah secara berkala, pembangunan infrastruktur di daerah rawan banjir perlu mempertimbangkan daya tahan terhadap cuaca ekstrem.
Kepala Desa Joho berharap pemerintah kabupaten dapat mempercepat program normalisasi sungai dan memperbaiki tata kelola air di kawasan ini. "Kami tidak ingin banjir menjadi rutinitas tahunan yang terus merugikan masyarakat. Perencanaan yang matang dan pencegahan yang serius adalah kunci agar hal ini tidak terulang," tegasnya.
Harapan Warga
Masyarakat Desa Joho berharap peristiwa ini menjadi momentum bagi pemerintah untuk lebih serius dalam menangani permasalahan banjir. Selain itu, pengawasan terhadap proyek infrastruktur harus diperketat agar anggaran yang dikeluarkan benar-benar memberikan manfaat yang maksimal dan berkelanjutan bagi warga.
Dengan langkah evaluasi dan mitigasi yang tepat, diharapkan Desa Joho dapat bangkit dari bencana ini dan memiliki infrastruktur yang lebih tangguh di masa mendatang.
penulis : Amin